Donor Darah untuk Menurunkan Resiko Darah Tinggi: Mitos atau Fakta?
Darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi adalah kondisi medis yang mengindikasikan tekanan darah seseorang meningkat secara terus-menerus. Ukuran normal untuk tekanan darah adalah 120/80 mmHg, sedangkan seseorang dikatakan sebagai orang dengan hipertensi apabila tekanan sistolik melebihi angka 140 mmHg atau tekanan diastolik melebihi angka 90 mmHg.
Tingginya tekanan darah merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dikaitkan dengan penyakit jantung, strok, gagal ginjal, bahkan kematian. Oleh karena itu, selain mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, terdapat beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko hipertensi, salah satunya adalah dengan menjadi donor darah. Namun, apakah donor darah memang benar-benar efektif dalam menurunkan resiko hipertensi? Mari simak penjelasannya berikut ini.
Alasan Donor Darah Dapat Menurunkan Resiko Darah Tinggi
Donor darah adalah proses dimana seseorang memberikan sebagian dari darahnya untuk disimpan di bank darah. Darah yang diberikan biasanya akan diproses lebih lanjut dan digunakan untuk membantu pasien yang sedang membutuhkan transfusi darah. Namun, bagaimana sinergi antara donor darah dan penurunan risiko hipertensi dapat bekerja?
Pertama-tama, setiap kali seseorang mendonor darah, maka tubuh mencoba untuk menggantikan darah yang telah hilang tersebut. Cara tubuh dalam menggantikannya adalah dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah, yaitu sel darah yang bertanggung jawab dalam mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Proses regenerasi sel darah merah ini akan memicu tubuh untuk memproduksi lebih banyak hormon erythropoietin, yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Dalam proses pembentukan sel darah merah ini, tubuh juga membutuhkan zat besi. Oleh karenanya, tubuh akan mengambil besi dari cadangan yang ada di dalam tubuh dan menyerap zat besi dari makanan yang dikonsumsi. Dengan kata lain, setiap kali seseorang mendonor darah, tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi untuk memproduksi sel darah merah yang baru, sehingga dapat membantu mengurangi konsentrasi zat besi di dalam tubuh. Hal ini penting karena terlalu banyak zat besi di dalam tubuh dapat memicu beberapa kondisi medis, termasuk hipertensi.
Selain itu, donor darah juga dapat membantu menciptakan keseimbangan antara kolesterol baik (HDL) dan buruk (LDL). Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang mendonor darah, maka kadar kolesterol LDL akan menurun, begitu juga dengan trigliserida. Sementara itu, kadar kolesterol HDL akan naik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Journal of Epidemiology, seseorang yang mendonor darah secara teratur memiliki resiko yang lebih rendah untuk mengalami penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak rutin mendonor darah.
Mitos dan Fakta tentang Donor Darah untuk Menurunkan Resiko Hipertensi
Karena donor darah cukup mudah dilakukan dan memiliki manfaat yang cukup signifikan, banyak dari kita yang mulai percaya pada mitos yang tak terbukti atau bahkan salah kaprah tentang donor darah. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta seputar donor darah untuk menurunkan resiko hipertensi.
1. Mitos: Donor darah dapat membuat seseorang merasa lemah dan anemia.
Fakta: Meskipun donor darah dapat menurunkan konsentrasi zat besi di dalam tubuh seseorang, hal ini bukan berarti seorang donor darah akan menderita anemia atau merasa lemah. Tubuh memiliki kemampuan untuk menggantikan zat besi yang hilang dan menghasilkan sel darah merah yang baru.
Namun, ada beberapa hal yang harus diingat ketika seseorang hendak mendonor darah. Pertama, pastikan bahwa diri sendiri dalam keadaan sehat dan cukup bugar. Kedua, setelah mendonor darah, jangan terlalu berkegiatan fisik yang berat dan pastikan tubuh mendapatkan asupan gizi yang cukup agar dapat pulih dan menghindari munculnya efek samping.
2. Mitos: Donor darah dapat menyebabkan hipotensi.
Fakta: Hipotensi atau tekanan darah rendah memang dapat terjadi pada beberapa orang setelah mereka mendonor darah, tetapi hal ini sangat jarang terjadi dan biasanya hanya bersifat sementara. Hipotensi yang diakibatkan oleh donor darah biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam dan dapat dii dengan cepat. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk khawatir bahwa donor darah akan menyebabkan hipotensi yang berkepanjangan.
3. Mitos: Donor darah dapat menyebabkan masalah jantung.
Fakta: Sebaliknya, donor darah dapat membantu melindungi kesehatan jantung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, donor darah dapat membantu menjaga keseimbangan antara kolesterol baik dan buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Selain itu, dengan mengurangi konsentrasi zat besi di dalam tubuh, donor darah juga dapat membantu mencegah munculnya masalah jantung dan penyakit yang terkait dengan ekses zat besi dalam tubuh.
4. Mitos: Donor darah hanya boleh dilakukan oleh orang yang mempunyai golongan darah tertentu.
Fakta: Donor darah dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang golongan darah atau usia. Di mana saja akan ada pasien yang membutuhkan transfusi darah. Oleh karena itu, setiap sumbangan darah sangatlah berharga dan sangat dibutuhkan.
5. Mitos: Donor darah hanya dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun.
Fakta: Tidak ada batasan berapa kali seseorang dapat mendonor darah dalam setahun. Namun, ada batasan waktu yang harus diikuti antara satu donor darah dengan donor darah berikutnya untuk menjaga kesehatan. Biasanya, interval waktu antara donor darah satu dengan yang lainnya adalah 8 hingga 12 minggu.
Kesimpulan
Donor darah memiliki manfaat yang cukup signifikan dalam menurunkan risiko hipertensi, terutama untuk mereka yang rutin mendonornya. Namun, donor darah juga bukanlah satu-satunya cara untuk menurunkan resiko hipertensi. Menerapkan pola hidup sehat yang meliputi diet seimbang, berolahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol dan rokok juga dapat membantu menurunkan risiko hipertensi.
Melakukan donor darah memang bukanlah cara instan untuk menurunkan tekanan darah, tetapi tetap menjadi salah satu cara yang efektif dan bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Oleh karena itu, mari kita mulai mendonorkan darah secara reguler dan membantu orang yang membutuhkan, sambil meningkatkan kesehatan tubuh kita sendiri.