Mengapa Kenaikan Darah Tinggi dapat Dikaitkan dengan Kemarahan?

Mengapa Kenaikan Darah Tinggi dapat Dikaitkan dengan Kemarahan?

Kenaikan tekanan darah atau hipertensi adalah masalah kesehatan yang sangat umum di seluruh dunia. Meskipun ada faktor risiko tertentu yang menyebabkan tekanan darah tinggi seperti usia, keturunan, dan gaya hidup, kemarahan juga dapat memicu kenaikan tekanan darah. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa kenaikan tekanan darah dapat dikaitkan dengan kemarahan dan apa yang dapat dilakukan untuk mengelola kenaikan tekanan darah yang terkait dengan kemarahan.

Mekanisme Meningkatnya Tekanan Darah Saat Marah

Ketika seseorang merasakan emosi marah, tubuh bereaksi dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini memicu sistem saraf simpatis untuk merangsang jantung, melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke otak, otot dan jantung. Pada saat yang sama, hormon ini juga meningkatkan tekanan darah.

Aliran darah meningkat ke otot yang membantu tubuh siap untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman. Hal ini dikenal sebagai respon “fight or flight” yang bermanfaat dalam situasi yang mengancam. Namun, ketika seseorang sering mengalami kemarahan, respon ini dapat terus menerus dipicu, dan cukup sering dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, atau bahkan kematian prematur.

Hubungan antara Kemarahan dan Hipertensi

Menurut penelitian, kemampuan seseorang untuk mengelola kemarahan dan stress dapat memengaruhi kesehatan jantung. Studi longitudinal yang dilakukan oleh National Institute of Mental Health menemukan bahwa orang yang merasakan kemarahan atau marah tanpa ekspresi dapat mengalami peningkatan tekanan darah yang signifikan dalam jangka panjang.

Selain itu, orang yang sering mengalami kemarahan memiliki risiko kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mengekspresikan kemarahan mereka secara sehat setiap saat. Meskipun mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami, ada kemungkinan bahwa respon yang berkepanjangan terhadap stres dapat merusak sistem kardiovaskular, meningkatkan resistensi (ketahanan) pembuluh darah terhadap aliran darah, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi.

Strategi Mengelola Kemarahan untuk Mencegah Kenaikan Tekanan Darah

Mengelola kemarahan secara efektif dapat membantu mencegah kenaikan tekanan darah yang terkait dengan emosi. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola kemarahan antara lain:

Menyadari Emosi

Sangat penting untuk mengenali emosi dan tanda-tanda fisik dari kemarahan sejak dini. Misalnya, denyut jantung yang lebih cepat, terengah-engah, atau berkeringat.

Belajar Menenangkan Diri

Mempelajari teknik pernapasan dalam dan ke meditasi dapat membantu menenangkan tubuh dan pikiran dalam situasi yang menegangkan.

Bertindak Secara Konstruktif

Mengambil tindakan konstruktif dalam situasi yang penuh tekanan dapat membantu menurunkan tingkat kemarahan.

Berbicara dengan Orang Terdekat

Mendiskusikan frustrasi dengan orang terdekat, seperti pasangan atau teman, dapat membantu mencegah penumpukan kemarahan.

Rajin Berolahraga

Olahraga yang teratur dapat membantu meredakan stres dan memberikan waktu untuk melepaskan kemarahan atau kecemasan.

Menjaga Kesehatan Tubuh

Makan sehat dan seimbang, tidur yang cukup, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau minum terlalu banyak alkohol sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh serta menurunkan risiko hipertensi.

Kesimpulan

Kenaikan tekanan darah yang berulang kali dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan komplikasi kesehatan yang serius. Kemarahan atau stres yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko kenaikan tekanan darah. Oleh karena itu, penting untuk mengelola kemarahan serta stres secara efektif melalui perubahan gaya hidup dan strategi yang dapat membantu menenangkan tubuh dan pikiran. Dengan mengambil tindakan yang tepat, risiko hipertensi dapat dikurangi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan dapat terjaga.