Mengapa Mengonsumsi Kopi Bisa Meningkatkan Risiko Darah Tinggi? Fakta dan Penjelasannya
Kopi merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Penggemar kopi pun terus bertambah setiap tahunnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul beberapa studi yang menunjukkan bahwa mengonsumsi kopi dapat meningkatkan risiko darah tinggi (hipertensi). Namun, apakah benar demikian? Berikut adalah fakta dan penjelasannya.
Apa itu Hipertensi?
Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang lebih tinggi dari normal. Normalnya, tekanan darah seseorang adalah kurang dari 120/80 mmHg. Jika tekanan darah seseorang melebihi angka tersebut dan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka dapat mengakibatkan kerusakan pada arteri, jantung, otak, ginjal, dan organ lainnya.
Apa Hubungan Antara Kopi dan Hipertensi?
Kopi mengandung kafein yang dapat memicu peningkatan tekanan darah sementara pada sebagian orang. Hal ini terjadi karena kafein dapat menyempitkan pembuluh darah, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Namun, efek ini bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. Setelah beberapa jam, tekanan darah seseorang akan kembali normal.
Namun, ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jangka waktu yang lama dan dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan risiko hipertensi. Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh European Society of Cardiology, mengonsumsi kopi dalam jumlah yang lebih dari tiga cangkir sehari dapat meningkatkan risiko hipertensi hingga 15%. Namun, beberapa studi lainnya menunjukkan hasil yang berbeda.
Misalnya, pada tahun 2017, sebuah studi yang diterbitkan oleh Hypertension Journal menunjukkan bahwa konsumsi kopi tidak meningkatkan risiko hipertensi pada orang dewasa yang sehat. Studi tersebut melibatkan lebih dari 500 orang yang meminum kopi dua kali sehari selama setahun. Hasilnya, tidak ada perubahan yang signifikan pada tekanan darah mereka.
Bagaimana Kopi Menyebabkan Hipertensi?
Kopi mengandung senyawa yang dikenal sebagai cafestol dan kahweol. Senyawa tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, yang dapat menyebabkan arteri menjadi lebih kaku dan membatasi aliran darah. Selain itu, konsumsi kopi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi insulin, yang berkontribusi pada hipertensi.
Namun, efek ini hanya terjadi pada konsumsi kopi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama. Konsumsi kopi dalam jumlah sedang dan dalam jangka waktu yang singkat tidak akan menyebabkan efek ini. Oleh karena itu, konsumsi kopi yang sehat dan bertanggung jawab masih diizinkan.
Bagaimana cara Mengonsumsi Kopi dengan Aman?
Untuk menghindari risiko hipertensi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar mengonsumsi kopi dengan aman, antara lain:
1. Konsumsi kopi dalam jumlah yang sedang. Mengonsumsi kopi dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Sebaiknya, batasi konsumsi kopi hingga 2-3 cangkir sehari.
2. Pilih kopi yang memiliki kadar kafein yang rendah. Beberapa jenis kopi seperti kopi Arabika dan Robusta memiliki kadar kafein yang rendah dibandingkan dengan kopi lainnya.
3. Hindari minuman kopi yang manis. Minuman kopi yang manis mengandung banyak gula dan kalori, yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan hipertensi.
4. Perhatikan waktu konsumsi kopi. Mengonsumsi kopi terlalu malam dapat mengganggu pola tidur, yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.
5. Jangan campur kopi dengan alkohol. Campuran kopi dan alkohol dapat meningkatkan risiko dehidrasi, yang dapat menyebabkan hipertensi.
Kesimpulan
Mengonsumsi kopi secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko hipertensi. Hal ini terjadi karena kopi mengandung senyawa cafestol dan kahweol yang meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, serta menyebabkan resistensi insulin. Namun, efek ini hanya terjadi pada konsumsi kopi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama. Untuk menghindari risiko hipertensi, konsumsi kopi harus diatur dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing individu.