Risiko Kesehatan Ibu dan Bayi: Darah Tinggi Saat Melahirkan

Risiko Kesehatan Ibu dan Bayi: Darah Tinggi Saat Melahirkan

Melahirkan adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap calon orangtua. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat berbagai risiko kesehatan yang harus diwaspadai. Darah tinggi saat hamil merupakan salah satu kondisi yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada ibu dan bayinya.

Darah tinggi saat hamil atau yang juga dikenal sebagai preeklampsia adalah kondisi kesehatan yang umum terjadi pada masa kehamilan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 1 dari 20 wanita hamil di Amerika Serikat mengalami preeklampsia.

Apa itu Preeklampsia?

Preeklampsia adalah kondisi kesehatan yang terjadi selama kehamilan ketika tekanan darah wanita hamil meningkat secara signifikan, biasanya setelah 20 minggu kehamilan. Preeklampsia juga dapat disertai dengan peningkatan level protein dalam urine dan kerusakan organ dalam tubuh.

Penyebab Preeklampsia

Hingga saat ini, para ahli kesehatan belum sepenuhnya memahami apa penyebab pasti dari preeklampsia. Namun, beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil antara lain:

– Pertama, faktor genetik. Jika ada riwayat preeklampsia dalam keluarga, maka kemungkinan besar ibu hamil akan mengalami kondisi yang sama.

– Kedua, faktor umur. Risiko terjadinya preeclampsia akan meningkat pada ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun atau pada ibu hamil pertama kali.

– Ketiga, obesitas. Ibu hamil yang mengalami obesitas lebih rentan terkena preeklampsia.

– Keempat, riwayat penyakit penyerta. Ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes, hipertensi, imunosupresif atau penyakit ginjal, lebih berisiko terkena preeklampsia.

Risiko Preeklampsia Bagi Kesehatan Ibu

Preeklampsia akan memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan ibu hamil bahkan dapat berpotensi mengancam nyawa. Beberapa risiko yang mungkin timbul akibat preeklampsia antara lain:

1. Eklampsia

Eklampsia adalah bentuk paling parah dari preeklampsia yang memicu kejang-kejang dan gangguan kesadaran yang berkembang menjadi kondisi kegawatdaruratan yang mengancam nyawa.

2. Kerusakan organ dalam tubuh

Preeklampsia dapat memengaruhi organ tubuh dan menyebabkan masalah, seperti kerusakan organ hati atau ginjal, yang dapat mengancam nyawa.

3. Komplikasi pasca melahirkan

Ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan lebih rentan terkena infeksi pasca melahirkan maupun masalah pasca partum yang dapat berdampak pada kesehatannya.

Risiko Preeklampsia Bagi Kesehatan Bayi

Preeklampsia juga dapat memengaruhi kesehatan bayi selama dan pasca persalinan. Beberapa risiko kesehatan pada bayi akibat preeklampsia antara lain:

1. Pertumbuhan janin terhambat

Preeklampsia dapat memengaruhi pertumbuhan janin yang lebih kecil dari biasanya.

2. Kelahiran prematur

Preeklampsia dapat memicu kelahiran prematur yang mengakibatkan bayi lahir sebelum ia benar-benar siap untuk melahirkan dan kemungkinan besar dirawat di unit perawatan bayi yang intensif.

3. Hipoksia atau kekurangan oksigen pada bayi

Preeklampsia dapat memengaruhi pasokan darah ke plasenta dan mengurangi suplai oksigen ke bayi yang berdampak pada kesehatannya.

Bagaimana Cara Mencegah Preeklampsia?

Tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklampsia. Namun, terdapat cara-cara yang dapat meminimalkan risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil antara lain:

1. Mengatur Pola Makan

Makan makanan sehat dan bergizi dengan garam yang terkontrol, serta menjauhkan makanan yang mengandung makanan tinggi natrium atau makanan olahan yang tinggi kandungan gula.

2. Berolahraga Teratur

Olahraga teratur, sesuai dengan kemampuan ibu hamil, juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung, meningkatkan sirkulasi darah yang baik, dan memerangi obesitas.

3. Kunjungan Rutin ke Dokter Kandungan

Melakukan prenatal atau pemeriksaan kehamilan sejak awal kehamilan adalah cara penting untuk mengidentifikasi dan mengi preeklampsia sedini mungkin.

4. Menjaga Berat Badan

Ibu hamil harus memantau berat badannya saat kehamilan dan mengupayakan untuk tidak terlalu gemuk karena obesitas adalah faktor risiko preeklampsia.

5. Meminimalkan Stres dan Kecemasan

Stres dan kecemasan yang berlebihan juga memiliki pengaruh negatif pada kesehatan ibu hamil dan janinnya, sehingga menjaganya tetap tenang dan bahagia sangat penting untuk menghindari preeklampsia.

Kesimpulan

Kelahiran bayi merupakan momen yang diidamkan oleh setiap pasangan. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat berbagai risiko kesehatan yang harus diwaspadai, salah satunya adalah preeklampsia atau darah tinggi saat hamil. Pada umumnya, gejala preeklampsia akan muncul pada akhir trimester ketiga kehamilan, namun tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada trimester kedua.

Karena itu, sangat penting bagi ibu hamil untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, baik melalui pemeriksaan mandiri maupun rutin ke dokter kandungan. Selain itu, menjalani pola hidup sehat dan menghindari stress serta kecemasan adalah langkah pencegahan preeklampsia yang dapat dilakukan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi para calon orangtua untuk tetap memberikan perhatian dan menjaga kesehatan selama masa kehamilan.